Saturday, December 02, 2006

Kemenangan Konservatisme Global

Opini, Republika (Oktober 17, 2006)

Al Makin

Artikel berikut berkait erat dengan dua Penulis sebelumnya: Azra (5 Oktober 2006) dan Maftuhin (9 Oktober 2006), namun tidak akan menjebakkan diri dalam perdebatan apakah politik Amerika telah menjadi teokratis atau tidak. Tetapi, penulis akan memandang dengan perspektif lain dan memberikan deskripsi tentang politik global yang cenderung ke arah konservatisme.
Tidak hanya George W Bush dan Amerika yang mengusung bendera agama dalam kancah politik, namun dua negara oenting dunia juga mengalami hal yang sama: Kanada dan Jerman. Dengan kemenangan Stephen Harper dan Partai Konservarifnya dalam pemilihan federal (Januari 2006) di negara dengan simbol daun mapel, Kanada kurang lebih mengikuti jejak Amerika dalam kebijakan politik.
Jargon-jargon konservatisme, seperti nilai-nilai keluarga, isu aborsi, isu pernikahan sejenis dan kembali ke gereja, menjadi tema favorit. Jerman dan Kanada Baik Bush maupun Harper pernah disinyalir sebagai pengkut Leo Strauss (meninggal 1973). Strauss adalah emigran Yahudi Jerman yang mempromosikan neo-konservatisme. Tuduhan itu tentu berkonotasi negatif, sebab salah satu ajarannya mengangap bahwa manusia dalam kemampuan berpikir tidak sejajar antara yang satu dan lainnya. Maka, segala kebijakan negara diserahkan sepenunya pada elite, sedangkan rakyat biasa tidak perlu tahu. Dalam kariernya, sejak awal Harper memosisikan dirinya sebagai oposisi dari Partai Liberal dan resmi menganut konservatisme mulai tahun 1986.
Tentu saja, Harper bukan Bush. Nama harum dia patut juga dicatat ketika dia mendukung permintaan maaf pemerintah Kanada untuk imigran Cina karena mistreatment masa lalu (1885-1923). Dalam konflik Lebanon-Israel, walaupun dia menegaskan bahwa Isarel berhak mempertahankan diri, namun yang dibutuhkan bukan hanya gencatan senjata sementara, tetapi sebuah resolusi yang lebih permanen. Protes Harper pada Amerika terakhir adalah kasus Maher Arar. Dia adalah warga kanada kelahiran Suriah, korban salah ciduk dan ditahan karena disangka terlibat dalam aksi terosirme.
Di Jerman konservatisme juga mengemuka dalam ranah politik. Ini ditandai dengan naiknya Angela Merkel secara resmi menjadi kanselir Jerman (November 2005), dengan mengendarai partai Christlich Demokratische Union (CDU) yang berkoalisi dengan Christlich Sozial Union (CSU). Koalisi ini mengalahkan Sozialdemokratische Partei. Pemilu ini juga berarti menurunkan Gerard Schrider. Merkel sendiri adalah penganut Protestan (Evangelis). Tampaknya relasi Jerman- Amerika saat ini lebih akrab ketimbang masa Schrider.
Dalam pidato Paus Benediktus XVI di Regensburg yang kontroversial karena kutipan perdebatan Islam-Kristen masa lalu, seperti mempertegas dirinya bahwa dia adalah seorang konservatif. Terlepas dari reaksi berlebihan umat Islam dan bagaimana sebetulnya posisinya secara pribadi, sebelum menjadi paus, Kardinal Ratzinger, sering kali mengritik nilai-nilai liberalisme, modernisme, dan relativisme.
Sedangkan mitra setia Bush dalam penyerangan Afghanistan dan Irak, Tony Blair berangkat dari Partai Buruh di Inggris. Walaupun sang istri adalah penganut Katolik, Blair sendiri enggan berterus terang tentang imannya sendiri. Bahkan pernah Sang Perdana Menteri menegaskan bahwa dia tidak menginginkan peran agama dalam ranah politik di Inggris sama dengan yang terjadi di negeri Paman Sam. Banyak pihak yang mengritik Blair hanyalah seorang oportuis. Karena keterlibatannya dalam invasi Irak, membuat rating dia terus menurun di dalam negerinya. Nelson Mandela pernah melontarkan ktitik tajam bahwa Blair tidak lebih dari menteri luar negerinya Amerika.
Dengan melihat gambaran di negara-negara Barat tersebut dan untuk saat ini, kita bisa mengatakan bahwa konservatisme telah mengalahkan liberalisme. Konservatisme tentu bukan fundamentalisme, walaupun keduanya mengusung kembali jargon masa lalu dan berusaha mempertahankan status quo. Ini juga berarti enggan menerima pembaharuan dan mungkin sedikit kurang toleran terhadap hal-hal yang berbau asing. Jika konservatisme telah memegang kendali, musuh utamanya bukanlah liberalisme, tetapi adalah konservatisme dalam bentuk lain. Konservatif Barat akan berbentur dengan konservatif Timur, begitu juga konservatif Kristen akan bentrok dengan konservatif Islam. Yang mungkin menjembatani adalah orang-orang liberal dari kedua belah pihak. Contohnya sudah jelas, yang bereaksi keras terhadap pidato Paus Benediktus XVI adalah umat Islam yang dekat dengan konservatif atau bahkan fudamentalis. Sedangkan mereka yang berpegang pada asas keterbukaan akan memaafkan dan melupakan kesalahan manusia biasa.
Posisi Bush
Di mana sekarang posisi Bush dalam percaturan politik global? Seperti gayung bersambut, sejak serangan 11 September 2001 dia terus mengampanyekan perang melawwn terorisme. Dalam banyak kesempatan dia menegaskan bahwa perang itu ibarat kebenaran versus kejahatan. Dengan sangat jelas dia mengatasnamakan Tuhan dalam tindakan politiknya. Pertanyaan selanjutnya, apakah dia seorang fundamentalis? Fundamentalisme dalam arti penganut agama sesungguhnya sulit dijelaskan. Dia pernah menggambarkan dirinya sebagai passionate conservative. Dalam berpolitik jelas dia memanfaatkan sentimen agama di Amerika. Lebih tepatnya, Bush adalah politisi pragmatis yang tahu betul bagaimana cara memanfaatkan situasi. Berkaitan dengan artikel Azra dan Maftuhin, tampaknya Amerika tidak akan pernah memimpikan negara teokrasi seperti Iran. Bush hanyalah menggunakan situasi global demi kepentingan politiknya, yang kebetulan kondusif dan mendukung kebijakannya.

Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kandidat PhD Universitas Heidelberg, Jerman.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home